HaloBro/FeatureNews

Museum Tsunami Aceh, Jadi Wisata Favorit Wisatawan Saat Berkunjung ke Kota Banda Aceh

Museum Tsunami Aceh, Banda Aceh , menjadi salah satu destinasi wisata terfavorit, yang dikunjungi ribuan orang termasuk wisatawan mancanegara. Wartawan bogornetwork.com, Rizky Multri Prayasa berkesempatan mengunjungi Museum Tsunami Aceh yang terpopuler di Indonesia, diawal tahun 2021.

BRO. Museum Tsunami Aceh,di Kota Banda Aceh yang dibangun sebagai sarana edukasi, pengingat serta tempat perlindungan jika musibah tsunami melanda ,  dikunjungi ribuan orang termasuk wisatawan manca negara.

Di Bulan Desember 2020, Museum Tsunami yang bereda di Kota Banda Aceh ini, kembali ramai didatangi wisatawan, setelah hampir 10 bulan Museum ini , ditutup sementara untuk umum karena pandemi Covid-19.

Sebagaimana diketahui , Gempa dan tsunami di Minggu pagi itu, 26 Desember 2014 tidak hanya menimpa wilayah Aceh dan Sumatera Utara, tapi juga wilayah negara lain yang terletak di kawasan Teluk Bengali, mulai dari India, Sri Lanka, hingga Thailand.

Oleh karenanya, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bencana ini sebagai bencana kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi.

Museum Tsunami menjadi lokasi wisata favorit bagi wisatawan  lokal maupun Mancanegera.Foto ; kebudayaan.kemdikbud.go.id

Kerinduan masyarakat Aceh maupun wisatawan dari berbagai daerah pun, menjadi alasan mengapa Museum Tsunami , di bulan Desember 2019, kembali ramai dikunjungi.

“Wisatawan datang ke Museum tsunami , hanya rasa ingin tahu sekaligus mengenang tragedi Tsunami Aceh 16 tahun silam,” kata petugas

Namun dibalik Museum Tsunami Aceh, ada sosok arsitektur dari tatar sunda , Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat dengan bangga membuahkan hasil karyanya merancang Museum Tsunami Aceh .

Museum Tsunami Aceh , yang diresmikan tahun 2008. kini  menjadi Museum terpopuler di Indonesia.

Hal itu dibenarkan Amin, karyawan Museum Tsunami Aceh ketika ditemui wartawan bogornetwork.com, Rizky M.P yang berkesempatan mengunjungi Museum Tsunami Aceh, di kota Banda Aceh, Minggu (3/1/2021).

“Kini Museum Tsunami menjadi lokasi wisata favorit bagi setiap wisatawan yang datang ke Banda Aceh bahkan wisatawan asing yang singgah ke Kota Banda Aceh, saat berlayar dengan kapal pesiar,”ungkap Amin dengan rasa bangganya.

Usai berbincang dengan pak Amin, saya pun bergegas memasuki Museum untuk mengetahui apa saja yang ada di dalam Museum Tsunami Aceh.

Salah satu yang  menarik, rasa ingin tahu saya,  adalah  arsitek bangunan Museum Tsunami itu, menyerupai bak kapal ?

Museum Tsunami Aceh, dirancang Ridwan Kamil , Gubernur Jawa Barat, Selain berisi informasi tentang gempa dan tsunami, museum berlantai empat dengan arsitektur modern  tersebut juga  sebagai tempat evakuasi bencana alam.(Foto; Serambi Indonesia//M.Anshar

Ternyata,  arsitek bangunannya, yang dirancang kang Emil panggilan akrab Ridwal Kamil, berbentuk melengkung , ditutupi relief berupa geometris. Nah,  Kalau dilihat dari atas, bangunan Museum Tsunami ini menyerupai bak kapal.

Bahkan Kang Emil, juga mengakui  proyek tersulit dalam karyanya,adalah ketika menciptakan proyek Museum Tsunami Aceh.

“Waktu mendesain banyak air mata tumpah hingga melahirkan karya ini,” kata Kang Emil saat berbicara  di  seminar “Pembangunan Berkelanjutan” di AAC Dayan Dawood Unsyiah, Banda Aceh,seperti yang dikutip Kompas.com (27/12).

Untuk diketahui, desain Museum Tsunami karya Kang Emil memenangkan lomba sayembara desain museum tsunami Aceh pada 2007 lalu. Karya Kang Emil berhasil menyisihkan 68 desain lainnya dan berhak mendapat hadiah Rp 100 juta.

Ketika berada di Museum Tsunami bersama pengunjung lainnya, rasa haru pun menyelemuti perasaan saya , disaat menyaksikan gambaran dan suasana mencekam saat detik-detik gemuruh gelombang laut menghantam Aceh, 16 tahun lalu.

Disetiap lantai pun, saya melihat terpajang foto-foto keadaan Banda Aceh pasca-tsunami, artefak dan puing-puing tsunami.

Foto-foto Banda Aceh yang luluh lantah, para penyintas yang tengah menyelamatkan diri, kapal-kapal menyangkut di atap rumah menjadi tontonan yang bisa memberi gambaran pada pengunjung ketika berada di Museum Tsunami Aceh.

“Ya, saya merasakan suasana haru dan mencekam ketika berjalan memasuki lorong gelap, semua terekam dalam audio visual yang menggambarkan bagaimana kepanikan saat detik-detik tragedi Tsunami terjadi,” ungkap Tia warga Bogor, yang baru pertama kali ke tanah rencong untuk melepas rindu bersama orang tua dan keluarganya yang tinggal di Aceh.

Suasana haru pun , kembali saya rasakan, disaat suara  Sholawat terdengar Syahdu, mengiringi langkah saya memasuki sebuah ruangan yang sekelilingnya terukir tulisan nama-nama korban Tsunami. Walaupun saya yakin tidak semua nama korban tercatat karena tidak teridentifikasi saat tragedi Tsunami terjadi.

Waktu pun terasa singkat, ketika berada di Museum Tsunami itu. saya pun terasa enggan beranjak dari negeri Serambi Mekah julukan lain dari Banda Aceh.

Aroma kopi khas Aceh , di sebuah kedai tak jauh dari lokasi museum Tsunami itu, menggoda saya untuk singgah menikmati secangkir kopi sambil berkenalan dgn sesama wisatawan lainnya.

Dani, pria paruh baya, pelancong dari Bogor itu menjadi teman baru saya. Kami pun meluapkan kegembiraan saling berbagi pengalaman.

” Alhamdulillah , ketemu Urang Sunda euy di ujung Sumatera,” ujar saya spontan ketika bersalaman dengan Dani

Dani pun menceritakan kepada saya , selama menjadi Nahkoda kapal pembawa semen Indonesia di lautan sumatera , baru kali ini berkesempatan mengunjungi Museum Tsunami Aceh, bersama istrinya.

“Di awal tahun ini, suasana Banda Aceh pasti sangat berbeda. Aura suasana mengenang tragedi Tsunami , lebih terasa. Ini peristiwa musibah terbesar untuk dijadikan pelajaran agar kita semua daoat mengambil hikmah dari sebuah peristiwa Tsunami Aceh,” ungkap Dani menutup perbincangan sore kami, di kedai kopi, Kota Banda Aceh.

Catatan saya, Banyak kenangan pedih, yang dirasakan oleh saudara kita di sana. Monumen hidup bertebaran di Banda Aceh dan sekitarnya sehingga kota di belahan barat Indonesia itu pun kini menjadi daerah kunjungan wisata sejarah.

Museum Tsunami Aceh ini memang bukan hanya menjadi situs untuk mengenang keganasan gempa dan 16 tahun tsunami Aceh, namun juga menjadi pusat pembelajaran dan pendidikan kebencanaan bagi masyarakat.

Penulis  : Rizky Multri Prayasa
Editor    : Azwar Lazuardy

Show More

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button